Persoalan Sampah memang menjadi buah bibir saat ini. Belum lagi polemic gubernur DKI Jakarta dengan DPRD Kota Bekasi tentang masalah pengelolaan sampah.
Namun, mari kita meninggalkan perseteruan tersebut dan melihat beberapa persoalan sampah ini di BEKASI sambil mendorong masalah sampah ini lambat laun teratasi dengan baik. Ada 1.528 ton sampah di Bekasi setiap harinya dan hanya sekitar 45% saja yang bisa terangkut, dan sisanya 55% ttidak bisa tertampung. Entah kendalanya selama ini,sense atau tingkat kepedulian warga terhadap masalah sampah masih minim. Belum lagi penanganan sampah liar yang tidak tertangani dengan baik.
Nah, dengan melihat fakta yang terjadi, saya penulis tertarik dengan gerakan social entrepreneur School yang menitikberatkan pada gerakan berbasis pengolahan sampah dan pemberdayaan masyarakat (people empowerment) yang lebih meng-upgrade potensi masyarakat serta komoditas lokal agar dapat menjalankan fungsi dan perannya dengan baikserta memanfaatkannya secara maksimal. Disinilah, peran-peran semua warga di Kota Bekasi ikut terlibat menjadi penggerak masyarakat sekitar, agar mereka lebih diberdayakan.Bahwasanya komunitas masyarakat di Indonesia nuansa kebersamaan dan bergotong-royongnya masih ada. Peran yang ingin kita lakukan adalah, bagaimana membangun serta meningkatkan kapasitas masyarakat, baik dalam intelektual, emosional, material maupun spiritual. Terkait dengan tekhnis pemberdayaannya adalah kita bisa mengadakan penyuluhan sebagai langkah taktis untuk pembangunan masyarakat pada umumnya. Karena kalau pembangunan masyarakatnya berfungsi, maka tentunya akan mempengaruhi sektor -sektor lainnya.
Ada banyak cara untuk memberdayakan potensi masyarakat, contoh kecil yang sayaperhatikan punya nilai pembangunan berkelanjutan dan saya pribadi cenderung menggeluti persoalan itu adalah pola Bank Sampah, yang nantinya masyarakat sekitar dapat menjadikan sampah sebagai tabungan untuk energi, sembako, kesehatan, pendidikan,khitanan, aqiqah, pernikahan, qurban, umroh, haji dan sedekah. Sehingga 3R yangsemulanya berupa ReUse, ReDuce, ReCycle yang di gaungkan pemerintah bertambah menjadi 4R yaitu berupa Re-Energy atau bahkan 5R yaitu ReCapital hingga 6R yaitu Re-Empowerment, ReCapital. Yang itu semua adalah sebagian cara yang dapat dilakukan dalam pemberdayaan masyarakat, karena yang terpenting sebenarnya adalah bagaimana untuk mengentaskan kemiskinan serta memperbaiki kondisi Sosial, menjaga dan merawat kelestarian lingkungan secara harmonis dan berkelanjutan.
Beberapa Bank Sampah yang telah didirikan oleh Pemerintah dan bersama dengan Kelompok Masyarakat adalah Modal Awal yang sangat berperan dan berfungsi secara vital sebagai Lembaga Pengelolaan Aset, yang selanjutnya dari Bank Sampah tersebut akan terbentuk beberapa Unit Usaha baru untuk meningkatkan Nilai dari Komoditas Sampah menjadi lebih tinggi dan lebih baik secara Finansial serta Sosial dan Ekologis, yang akan mendukung kinerja serta peran dan fungsi dari Bank Sampah itu sendiri, yang satu diantaranya berupa Lembaga Pendidikan serta Pelatihan Ketrampilan Komplementer yang dinamakan dengan Sekolah Sosial Entrepreneur School.
Di Sekolah Sosial Entrepreneur School, ini para pendidik serta pengajarnya adalah para personal yang mempunyai minat serta kemampuan dalam bidang pendidikan yang berorientasi pada sektor ketrampilan serta teknologi tepat guna, juga peduli terhadap pemberdayaan sosial yang berkelanjutan berikut keharmonisan dan keasrian lingkungan hidup yang lestari. Sekolah Sosial Entrepreneur School ini pula yang akan menjadikan Sampah serta Limbah dan Barang Bekas menjadi bagian dari Sistem serta Proses dan Alat dalam melakukan kegiatan Belajar dan Mengajarnya.
Di sekolah Sosial Entrepreneur School ini para siswa dapat Gratis untuk menperoleh pendidikan berkualitas, dengan menjadikan Sampah serta Limbah dan Barang Bekas sebagai Alat Bayarnya sekaligus Bahan Dasar dan Utama untuk melakukan Pembelajaran, berupa Praktek Eksperimental hingga membuat Produk yang sangat bermanfaat dan bernilai jual yang tinggi. Sehingga dari Kegiatan di sekolah tersebut para siswa sudah mempunyai ketrampilan yang mumpuni dalam berinovasi serta berkreativitas, dengan hasilnya berupa produk yang dapat dijual untuk biaya Operasional serta Pengembangan Infrastruktur bagi keberlangsungan dan keberlanjutan Sekolah Peradaban tersebut. Produk tersebut mulai dari Kerajinan Tangan hingga Peralatan Rumah Tangga ataupun Produk – Produk bermanfaat lainnya seperti Pernak – Pernik Aksesoris, Perhiasan, Furniture, Bahan Bakar Ramah Lingkungan hingga mesin – mesin yang menerapkan IPTEK tepat guna ramah lingkungan.Pada akhirnya kemudian dengan gerakan Sosial Entrepreneur School volume sampah bisa teratasi, sampah bisa dikelola dengan sebaik-baiknya. Ekspektasi pemerintah kota Bekasi dengan programnya yaitu; bersama-sama membuat lubang biopori, melakukan sumur resapan, melakukan pengelolaan sampah mandiri yang pada akhirnya warga mulai melakukan gerakan kompos. Konsep pembuatan taman-taman di Kota Bekasi, ada 1000 taman dengan membuat perkebunan. Kebun-kebun kota untuk memperindah lingkungan. Pada akhirnya kemudian Konsep gerakan Sosial Entrepreneur School yang berbasis pengelolaan sampah dan pemberdayaan masyarakat menjadi langkah preventif untuk membut Bekasi menjadi kota bebas sampah.
Ahmad Dahlan ( Direktur Bank Sampah Safa Mandiri, Mantan Ketua KAMMI NTB 2012-2014)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar